Saturday, November 26, 2016

KOMUNIKASI DIGITAL

3.1     Pengertian Komunikasi Digital


Teknologi komunikasi digital adalah teknologi yang berbasis sinyal elektrik komputer, sinyalnya bersifat terputus-putus dan menggunakan sistem bilangan biner. Bilangan biner tersebut akan membentuk kode-kode yang merepresentasikan suatu informasi tertentu. Setelah melalui proses digitalisasi informasi yang masuk akan berubah menjadi serangkaian bilangan biner yang membentuk informasi dalam wujud kode digital. Kode digital tersebut nantinya akan mampu dimanipulasi oleh komputer. Contohnya adalah gambar kamera video yang telah diubah menjadi bentuk digital. Bentuk digital tersebut mewakili element gambar (pixel). Elemen gambar tersebut dapat dimanipulasi oleh komputer. Sehingga kita dapat menciptakan efek tertentu pada gambar serta dapat juga memperbaiki kualitas gambar yang dianggap kurang baik.

3.2     Mekanisme Kerja Komunikasi Digital

Prinsip Kerja Komunikasi Data (digital signal dan Analog Signal)Prinsip kerjanya, pertama-tama sender mengirim sinyal informasi menuju receiver melalui protokol encode yang mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog kemudian sinyal melalui media transmisi dan melalui protokol kedua di decode kembali menjadi sinyal digital sebelum masuk ke receiver.



3.3     Dampak Positif Dan Dampak Negatif Komunikasi Digital 

Sisi positif dari teknologi digital juga ada, seperti pengenalan hal-hal yang dulu tidak bisa  di ajarkan kepada anak-anak sehingga anak-anak saat ini terbiasa menerima informasi yang beraneka ragam, dan terbiasa berwawasan luas. Teknologi digital juga membuat cara untuk mendidik menjadi semakin luas. Mulai dari game, simulasi, ebook, dan lain-lain. Semua tersedia tergantung apa yang di inginkan oleh orang tua. Serta masih banyak contoh-contoh kecil lainya. Namun, itu membuktikan besarnya pengaruh perkembangan teknologi digital komunikasi terhadap sosial dan kebudayaan kita.
Dari sekian banyak dampak positif, tentu saja perkembangan teknologi komunikasi mempunyai dampak negatif yang harus di waspadai. Seperti hilangnya norma-norma yang selama ini berlaku, Karena dengan perkembangan teknologi digital dunia komunikasi berbagai budaya dari beragam negara yang sekiranya tidak cocok di terapkan di Indonesia bisa saja dengan mudah masuk dan di terapkan oleh masyarakat. Serta kita tidak dapat menjamin kerahasiaan pesan yang akan di sampaikan karena adanya jenis kejahatan yang berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi digital seperti pembobolan informasi yang  di lakukan oleh para Hackers.

Thursday, November 10, 2016

DIGITAL CINEMA

2..2.A PRODUKSI FILM DIGITAL

Film adalah merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.

Produksi film adalah proses pembuatan suatu film, mulai dari cerita, ide, atau komisi awal, melalui penulisan naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk akhir di hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program televisi. Pembuatan film terjadi di seluruh dunia dalam berbagai konteks ekonomi, sosial, dan politik, dan menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema. Biasanya pmebuatan film melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih lama lagi jika muncul masalah produksi.Tinjauan produksi film itu dapat dibagi menjadi 3 yaitu ; pra-produksi, produksi dan post-produksi.

2.2.B KEUNGGULAN DAN KEINDAHAN FILM DIGITAL

1. Lebih Komprehensif

Perbedaan paling utama dan mendasar adalah kemampuan media digital dalam melaporkan peristiwa dengan lebih komprehensif pada pembaca/audiens. Sebuah berita di era digital tak hanya terdiri dari teks dan foto, tapi juga tautan ke semua peristiwa sebelumnya yang mengawali momen termutakhir dari berita bersangkutan.

Dengan satu klik, pembaca bisa dibawa ke harta karun informasi digital yang bisa menjelaskan sejarah, kronologi dan konteks dari peristiwa yang tengah diberitakan. Peranan ini tentu saja tidak dimiliki oleh media cetak.

2. Lebih Otentik

Berita digital juga berpotensi lebih otentik, karena bisa menampilkan realitas secara lebih utuh. Bisa ada video di halaman yang sama dengan teks dan foto, sesuatu yang jelas menambah kredibilitas dan akurasi dari informasi yang dimuat di sana.

Misalnya, saat seorang anggota DPR dituduh mencaci maki seseorang, media digital bisa menampilkan video atau audio ketika sang politikus beraksi. Politikus itu tak bisa berkilah kalau omongannya diplintir, atau wartawan memfitnah dirinya, kalau rekaman audio atau video ketika dia mencacimaki lawan politiknya bisa ditampilkan bersama berita.

Lihat saja kasus #papamintasaham. Peristiwa itu akan jauh berkurang daya ledaknya, jika tak ada rekaman audio yang beredar luas di media sosial.

3. Big Data

Media digital yang belum banyak digali adalah kemampuannya menampilkan big data atau data besar. Semua angka-angka hasil survei kesehatan, survei demografi, sensus, angka-angka hasil pemantauan bertahun-tahun, kini sudah banyak tersedia sebagai data digital terbuka (open data) dan dengan mudah dapat diakses di internet.

Ada portal data.go.id yang menampilkan seabreg data pemerintah dari hampir semua kementerian. Di Jakarta, sudah ada portal serupa.

Jika dulu suratkabar atau majalah hanya bisa memuat satu dua paragraf temuan berbagai survei itu dan melengkapinya dengan wawancara dengan pakar untuk menafsirkan data, kini data mentah itu bisa ditampilkan dengan utuh di laman media digital, dengan visualisasi yang menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.

Jurnalisme data akan menjadi tulang punggung utama jurnalisme di era digital, karena teknik ini memungkinkan publik mengakses data mentah dengan utuh, tanpa perantara dari pakar, pemerintah atau pengamat.

Untuk itu, jurnalis harus belajar dan berusaha keras mencari semua data-data yang relevan buat publik, membersihkannya dan menganalisanya, untuk kemudian ditampilkan dengan visualisasi yang mudah dipahami audiens.

Hal itu sangat penting agar data tak berhenti sebatas angka, namun bisa jadi pengetahuan yang berguna.

4. Interaksi Langsung

Yang satu ini menjadi kemampuan media digital yang tidak ditemukan di media cetak manapun, yakni kemampuannya untuk terhubung langsung dengan pembaca. Relasi atau engagement antara media, jurnalis dan pembaca kini memasuki era baru.

Pembaca kini adalah bagian dari redaksi, bagian dari newsroom di era digital. Mereka bisa memberikan tips, bocoran, saran, komentar, secara real time, pada redaksi. Aturan baku di media sosial adalah: selalu ada yang lebih tahu dari Anda di luar sana.

Pola diseminasi informasi di era digital kini multi arah, tak lagi hanya searah dari ruang redaksi yang “maha tahu” ke lautan pembaca yang perlu “diberi tahu”. Media massa kini adalah bagian dari percakapan publik, dimana produksi informasi tak lagi dimonopoli jurnalis.

Apa artinya? Ini kesempatan besar untuk jurnalisme menjadi lebih relevan. Bukankah jurnalisme pada dasarnya adalah upaya untuk menyediakan informasi yang penting dan berguna buat publik sehingga publik bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik?

Jika khalayak ramai bisa langsung berkomunikasi dengan media dan menyampaikan apa saja yang mereka anggap penting, bukankah itu akan membuat redaksi dan jurnalis bisa bekerja lebih baik?

Jika dulu sama sekali tidak ada percakapan antara wartawan dan pembaca, kini publik dan media bisa bersama-sama merumuskan agenda pemberitaan, memfokuskan perhatian pada lembaga-lembaga yang memang perlu disorot karena dampaknya yang besar untuk kehidupan orang banyak.

2.2.C DISTRIBUSI DAN PERTUNJUKAN FILM DIGITAL

Selama semester pertama 2012 tercatat 46 film Indonesia beredar di bioskop dengan 7.952.203 penonton. Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini.

Penyebab anjloknya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, yaitu karena sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai pelosok nusantara gulung tikar, dan sebaliknya bertumbuhan sinepleks mewah dengan beberapa layar. Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang jaringan importir milik sendiri, serta berada di mal-mal seputar Jabodetabek dan kotakota besar. Jadi praktis sebagian besar penduduk Indonesia telah kehilangan akses menonton film di bioskop.

Saat ini ada 152 sinepleks dengan 672 layar, yang berarti bertambah banyak dibanding setahun lalu (139 sinepleks dengan 619 layar). Meskipun begitu, masa tayang film Indonesia justru menjadi semakin singkat, dari rata-rata delapan minggu tahun lalu menjadi rata-rata enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak, bukan hanya jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan. Film-film besar Hollywood kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan tahun lalu (PT Camila Internusa dan PT Satrya Perkasa Esthetika) bisa diputar serentak di lebih dari 150 atau bahkan hampir 200 layar. Yang kemudian dikorbankan alias terpaksa dikurangi jumlah layarnya karena outlet yang tersedia sangat terbatas umumnya film Indonesia.

Berkurangnya masa tayang dan semakin sedikitnya layar yang menayangkan film Indonesia dalam satu periode berarti mengurangi kesempatan masyarakat menonton. Sayangnya, beberapa produser yang mengeluh film-filmnya kehilangan banyak layar akibat serbuan film-film impor baru tidak bersedia dikutip keterangannya karena alasan yang masuk akal.

Dari kesimpulan di atas saya bisa merangkum pendistribusian film digital di indonesia sudah cukup baik namun memang dari tahun 1990 sampai 2012 penonton selalu menurun akan tetapi saat ini film digital indonesia sudah mulai bisa merajai pasar di negeri sendiri terbukti dengan beberapa film ditahun 2015 sampai saat ini banyak film yang memiliki penonton lebih dari satu juta penonton. Dan itupun kembali lagi pada di lingkungan eksternal yang seperti apa film itu didistribusikan, dan jenis film apa yang yang ingin di distribusikan. Karena beda tempat dan jenis, beda pula cara pendistribusiannya. Misalkan pada film genre comedy bertipe film mainstream. Film ini akan lebih banyak peminatnya jika kita distribusikan kepada kalangan anak-anak dan ke kalangan pecinta komedi dibandingkan kita distribusikan ke kalangan orang dewasa atau pecinta film indie.

TELEVISI DIGITAL DAN ANALOG

2.1.A SEJARAH TV DIGITAL DAN ANALOG

Televisi berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision yang berarti tampak. Saat ini, televisi sudah menjadi kebutuhan manusia, dari sanalah berbagai informasi didapatkan.

Televisi analog mengkodekan informasi gambar dgn memvariasikan voltase/frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum TV digital dpt dimasukan ke analog.
Sistem yg dipergunakan dlm TV analog adalah NTSC (National Television System Committee) badan industri pembuat standar yg menciptakannya. Sistem ini sbagian besar diterapkan di Amerika Serikat (AS) & beberapa bagian Asia Timur, sperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia.
Sementara, sistem PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by line/untuk phase alternation line).
Dalam bhasa Indonesia: garis alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dlm sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yg bekerja di Telefunken & pertama kali diperkenalkan pada 1967.


Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yg menggunakan modulasi digital & sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. TV resolusi tinggi/high-definition television (HDTV), yaitu: standar TV digital internasional yg disiarkan dlm format 16:9 (TV biasa 4:3) & surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lbh tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dgn warna2 matang & depth-of-field yg lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yg digunakan di Indonesia.

Berikut ini merupakan salah satu contoh sejarah perkembangan TV analog ke digital di Jepang
TV analog Jepang (terestrial) dimulai pada tahun 1953-an dengan TV hitam putih. Untuk Indonesia, pertelevisian baru dimulai sekitar tahun 1961 [3]. Kemudian mulai pada 1960-an, diperkenalkan TV warna. Bisa kita lihat di sini, 1 tahun setelah TV warna Jepang muncul, Indonesia baru memulai penyiaran TV yang tentunya masih dengan TV hitam putih.
Mulai tahun 2000-an muncul TV dengan kualitas gambar yang baik yaitu high vision digital television (HDTV), tapi masih dengan jenis penyiaran analog. Pada tahun 2000 ini pula muncul 3 jenis penyiaran baru selain penyiaran terestrial (chijou) di atas, yaitu penyiaran dengan menggunakan satelit atau broadcasting via satellite (BS). Ketiga jenis penyiaran via satelit itu adalah (1) BS Analog Broadcasting , (2) BS Analog High Vision Broadcasting dan (3) BS Digital Broadcasting.
Kemudian baru pada tahun 2003 Jepang mempromosikan penyiaran TV digitalnya secara terestrial, menyusul penyiaran TV digital via satelit yang sudah dilaunching sejak tahun 2000. Munculnya penyiaran secara terestrial ini tentunya mendapat sambutan sangat baik karena kualitas penyiaran digitalnya bisa diperoleh dengan bebas tanpa harus membayar (gratis) tidak seperti halnya jika berlangganan TV satelit.
Untuk siaran via satelit sendiri, BS Analog High Vision akan diakhiri tahun 2007 ini. Sedangkan BS analog biasa akan diakhiri bersamaan dengan diakhirinya penyiaran analog terestrial pada 24 Juli 2011 nanti. Khusus untuk BS digital, siaran ini tidak akan dihentikan pada 2011, melainkan akan dipakai terus bersamaan dengan penyiaran TV digital terestrial chi-deji. Gambar 2 menjelaskan secara lengkap sejarah TV Jepang sampai kira-kira tahun 2011.


Sedangkan di Indonesia, televisi analog akan benar-benar dihapus pada 2018. Menkominfo Tifatul Sembiring menyatakan migrasi dari analog ke digital lebih menguntungkan karena gambar dan suara dengan kualitas yang jauh lebih baik. Selain itu dengan teknologi siaran digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak dari pada televisi analog. Dengan teknologi digital saluran fekuensi televisi bisa lebih banyak lagi yang bisa dipancarkan.

2.1.B PENERIMAAN SINYAL ANTARA TELEVISI DIGITAL DAN ANALOG

Yang dimaksudkan penerimaan sinyal antara televisi digital dan analog yaitu adalah Perbedaan antara keduanya. Perbedaan paling simplenya yaitu pada system transmisi pancaranya. Kalo analog dengan cara memodulasikannya langsung pada frekuensi carrier, sedangkan digital data gambar atau suara dimodulasikan dalam mode digital baru dipancarkan.TV analog sinyalnya sangat lemah maka gambar yang diterima akan memperbanyak ‘semut(burem)’ tetapi jika terjadi pada TV digital yang keluar itu bukan ‘semut(burem)’ melainkan seperti gambar yang lengket contohnya terjadi ketika menonton VCD yang rusak.
Secara singkatnya :
TV analog dapat menerima sinyal analog saja, sedangkan TV digital dapat menerima keduanya yaitu sinyal digital maupun analog.
TV analog rentan terhadap kebisingan dan ditorsi sedangkan TV digital tidak rentan terhadap keduanya.
TV analog dibuat dengan menampilkan CRT, TV digital dibuat dengan menggunakan panel layer datar.
TV digital dapat di HDTVkan tapi TV analog cukup bisa di SD.

TV analog batas sampai 30inci, TV digital diatas 50inci yang sudah umumnya.

2.1.C PRODUKSI PENGGUNAAN TELEVISI DIGITAL DAN ANALOG

TV Digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak daripada televisi analog. Penyelenggara siaran dapat menyiarkan program mereka secara digital dan memberi kesempatan terhadap peluang bisnis pertelevisian dengan konten yang lebih kreatif, menarik, dan bervariasi.
TV Digital digunakan untuk siaran interaktif. Masyarakat dapat membandingkan keunggulan kualitas siaran digital dengan siaran analog serta dapat berinteraksi dengan TV Digital.
Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan tinggi seperti di dalam mobil dan kereta.

Teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif dimana TV Digital memiliki layanan komunikasi dua arah layaknya internet.