Tuesday, April 26, 2016

PROSA LAMA DAN ANALISIS

Prosa Lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal.

ciri ciri prosa lama
1. Statis, lamban perubahannya
2. Istana Sentris, bersifat kerajaan
3. Bersifat fantastis, bentuknya hikayat, dongeng
4. Di pengaruhi sastra Hindu dan Arab
5. Tidak ada pengarang atau anonim

Contoh Prosa Lama:

1. Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.

2. Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.

3. Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.

4. Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dll.
b. Mite (Mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dll.
c. Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.
d. Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dll.
e. Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.
f. Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dll.

5. Cerita berbingkai, adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.

ANALISIS :

Hikayat Anggun cik Tunggal ~

     Di jorong Kampung Dalam, Pariaman hiduplah seorang pemuda bernama Anggun Nan Tongga, yang juga dipanggil Magek Jabang dan bergelar Magek Durahman. Ibunya Ganto Sani wafat tak lama setelah melahirkan Nan Tongga, sedangkan ayahnya pergi bertarak ke Gunung Ledang.Ia diasuh saudara perempuan ibunya yang bernama Suto Suri. Sejak kecil Nan Tongga sudah dijodohkan dengan Putri Gondan Gondoriah, anak mamaknya. Anggun Nan Tongga tumbuh menjadi pemuda tampan dan cerdas. Ia mahir berkuda, silat, dan pandai mengaji Quran serta dalam ilmu agamanya.

     Pada suatu hari terdengar kabar bahwa di Sungai Garinggiang Nangkodoh Baha membuka gelanggang untuk mencari suami bagi adiknya, Intan Korong. Nan Tongga minta izin pada Mandeh Suto Suri untuk ikut serta. Pada awalnya Mandeh Suto Suri tidak setuju, karena Nan Tongga sudah bertunangan dengan Gondan Gondoriah. Namun akhirnya ia mengalah.

    Di gelanggang Nan Tongga berhasil mengalahkan Nangkodo Baha pada tiap permainan: menyabung ayam, menembak maupun catur. Berang dan malu karena kekalahannya Nangkodoh Baha mengejek Nan Tongga karena membiarkan ketiga mamaknya ditawan bajak laut di pulau Binuang Sati. Mendengar kabar ini Nan Tongga pulang dengan hati sedih.

     Nan Tongga bertekad untuk merantau mencari mamak-mamaknya: Mangkudun Sati, Nangkodoh Rajo dan Katik Intan. Sebelum pergi ia minta izin pada Mandeh Suto Suri dan tunangannya Puti Gondan Gondoriah. Gondoriah meminta Nan Tongga membawakannya benda-benda dan hewan-hewan langka sebanyak 120 buah. Beberapa di antaranya adalah seekor burung nuri yang bisa berbicara, beruk yang pandai bermain kecapi, kain cindai yang 'tak basah oleh air, berjambul suto kuning, dikembang selebar alam, dilipat sebesar kuku, disimpan dalam telur burung'.

     Nan Tongga berangkat berlayar dengan kapal bernama Dandang Panjang, ditemani pembantu setianya Bujang Salamat. Nakhodanya bernama Malin Cik Ameh. Setelah berlayar beberapa lama akhirnya mereka sampai di pulau Binuang Sati. Nan Tongga menyuruh kapal berlabuh di sana. Utusan Palimo Bajau, raja Pulau Binuang Sati, datang untuk mengusir Nan Tongga, namun ia menolak. Dalam pertempuran yang pecah kemudian Bujang Salamat berhasil membunuh Palimo Bajau. Pulau Binuang Sati pun takluk.

     Nan Tongga menemukan salah seorang mamaknya, Nangkodoh Rajo, dikurung dalam kandang babi. Nangkodoh Rajo menceritakan bahwa kedua mamak Nan Tongga lainnya, Katik Intan dan Makhudum Sati berhasil meloloskan diri ketika pertempuran di laut dengan lanun anak buah Palimo Bajau. Ia juga memberitahukan bahwa burung nuri yang pandai berbicara ada di Kuala Koto Tanau.

     Kemudian Nan Tongga menyuruh Malin Cik Ameh pulang ke Pariaman menggunakan kapal rampasan dari Binuang Sati, dan memberi pesan ke kampung halaman bahwa Nangkodoh Rajo sudah dibebaskan. Ia sendiri berlayar dengan Dandang Panjang bersama Bujang Salamat ke Koto Tanau. Namun ketika bertemu Gondan Gondoriah ia terpesona pada kecantikan tunangan Nan Tongga itu. Ia lalu bercerita bahwa Nan Tongga ditawan oleh Palimo Bajau. Ia juga berkata Nan Tongga berpesan Malin Cik Ameh dijadikan pemimpin di kampungnya. Malin Cok Ameh lalu dirajakan di sana. Ia mengirim utusan untuk meminang Gondan Gondoriah namun ditolak dengan alasan masih berduka atas tertangkapnya Nan Tongga.

      Sementara itu di Koto Tanau Anggun Nan Tongga menemukan pamannya yang lain menjadi raja di sana. Putri pamannya Puti Andami Sutan memiliki seekor burung nuri yang pandai berbicara. Nan Tongga lalu mencoba meminta burung tersebut. Dengan halus Andami Sutan mengisyaratkan Nan Tongga hanya dapat mendapatkan burung nuri ajaib tersebut dengan mengawini dirinya. Tak dapat menemukan cara lain Nan Tongga pun menikahi putri tersebut.

     Burung nuri ajaib itu kemudian lepas dari sangkarnya dan terbang ke Tiku Pariaman. Di sana ia menemui Puti Gondan Gondoriah yang gundah mendengar tunangannya menikah dengan Andami Sutan.
Nan Tongga tidak dapat menahan rindunya pada kampung halaman dan tunangannya. Ia meninggalkan istrinya Andami Sutan yang sedamg hamil. Ketika Gondan Gondoriah mendengar kabar bahwa Anggun Nan Tongga sudah pulang ia lari ke Gunung Ledang. Anggun Nan Tongga kemudian mengejar dan membujuknya untuk pulang. Gondoriah akhirnya luluh hatinya dan kembali bersama Nan Tongga.

    Ketika hendak menikah Nan Tongga dan Gondan Gondoriah bersama Bujang Selamat pergi mencari Tuanku Haji Mudo untuk meminta restu. Namun Tuanku Haji Mudo berkata bahwa Nan Tongga dan Gondan Gondoriah adalah saudara sepersusuan, karena Nan Tongga pernah menyusu pada ibu Gondan Gondoriah. Menurut hukum Islam berarti Nan Tongga dan Gondan Gondoriah tidak boleh menikah di dunia ini dan hanya dapat berjodoh di akhirat.

     Karena belum juga pulang orang tua Nan Tongga dan Gondan Gondoriah mengirim orang untuk mencari Nan Tongga dan Gondan Gondoriah. Mereka menemukan Bujang Selamat sendiri yang berkata bahwa Nan Tongga, Gondan Gondoriah, dan Tuanku Haji Mudo sudah naik ke langit.




Analisis Unsur Intrinsik "HIKAYAT Anggun cik Tunggal"


~ Tema :
Petualangan dan kisah cinta antara Anggun Nan Tongga dan kekasihnya Gondan Gondoriah.


~ Alur : Maju

    Tahap Perkenalan
    " Di jorong Kampung Dalam, Pariaman hiduplah seorang pemuda bernama Anggun Nan Tongga, yang juga dipanggil Magek Jabang dan bergelar Magek Durahman. "

    Tahap Penampilan Masalah
    " Pada suatu hari terdengar kabar bahwa di Sungai Garinggiang Nangkodoh Baha membuka gelanggang untuk mencari suami bagi adiknya, Intan Korong. Nan Tongga minta izin pada Mandeh Suto Suri untuk ikut serta. Pada awalnya Mandeh Suto Suri tidak setuju, karena Nan Tongga sudah bertunangan dengan Gondan Gondoriah, namun akhirnya ia mengalah. "

    Tahap Masalah Memuncak
    " Nan Tongga bertekad untuk merantau mencari mamak-mamaknya: Mangkudun Sati, Nangkodoh Rajo dan Katik Intan. Sebelum pergi ia minta izin pada Mandeh Suto Suri dan tunangannya Puti Gondan Gondoriah. "

    Tahap Klimaks
    " Nan Tongga berangkat berlayar dengan kapal bernama Dandang Panjang, ditemani pembantu setianya Bujang Salamat. Nakhodanya bernama Malin Cik Ameh. Setelah berlayar beberapa lama akhirnya mereka sampai di pulau Binuang Sati. Nan Tongga menyuruh kapal berlabuh di sana. Utusan Palimo Bajau, raja Pulau Binuang Sati, datang untuk mengusir Nan Tongga, namun ia menolak. Dalam pertempuran yang pecah kemudian Bujang Salamat berhasil membunuh Palimo Bajau. Pulau Binuang Sati pun takluk. "

    Tahap Ketegangan Menurun
    " Nan Tongga menemukan salah seorang mamaknya, Nangkodoh Rajo, dikurung dalam kandang babi. "

    Tahap Penyelesaian
    " Nan Tongga dan Gondan Gondoriah menemukan Bujang Selamat sendiri yang berkata bahwa Nan Tongga, Gondan Gondoriah, dan Tuanku Haji Mudo sudah naik ke langit. "



~ Latar :

Latar Tempat

    Di atas kapal Dendang Panjang.
    Di atas kapal Seludang Mayang.
    Di pelabuhan.
    Negeri Tiku Benua.
    Negeri Bandan.


Latar Waktu
Tiga hari tiga malam. Tempoh masa ini diambil oleh Seludang Mayang untuk belayar balik ke negeri Tiku Benua.


Latar Sosial

    Latar masyarakatnya mementingkan budi bahasa.
    Sebagai contoh, Bujang Selamat bertanyakan pemilik lancang kuning mengapa berlabuh secara bertentangan dengan kapal Dendang Panjang.

    Latar masyarakat yang memiliki keberanian.
    Si Kembang Cina berani menjawab panggilan Bujang Selamat walaupun dia seorang wanita.

    Latar masyarakatnya yang terlalu mudah dicabar.
    Raja Anggun Cik Tunggal mudah tercabar apabila Si Kembang Cina sambil bercekak pinggang berani menjawab pertanyaan Bujang Selamat.

    Latar masyarakatnya yang pandai memujuk.
    Raja Anggun Cik Tunggal memujuk Tuan Puteri Gondan Gandariah yang jauh hati selepas kejadian tembak-menembak. Baginda berupaya meyakinkan Tuan Puteri Agar tidak meragukan kasih sayangnya.

    Latar masyarakatnya yang kurang usul periksa.
    Hal ini ditunjukkan oleh sikap Raja Anggun Cik Tunggal yang terus saja menyerang Seludang Mayang dengan tidak usul periksa apakah niat dan tujuannya berlabuh di hadapan Dendang Panjang miliknya.

    Latar masyarakat yang tidak mau mengalah.
    Hal ini berlaku kepada Raja Anggun Cik Tunggal yang langsung tidak mau mengalah dalam peristiwa tembak-menembak walaupun dengan tunangannya sendiri.



~ Penokohan :

Tokoh Utama

1. Raja Anggun cik Tunggal :

    Terburu-buru dalam tindakan kerana menyerang kapal Nakhoda Ragam tanpa soal siasat yang mendalam.
    Pandai memujuk orang lain. Baginda memujuk tunangnya,Tuan Puteri Gondan Gandariah yang jauh hati akibat insiden membedil yang hampir meragut nyawa.
    Begitu sayang akan Tuan Puteri Gondan Ganariah.
    Tunangan kepada Tuan Puteri Gondan Ganariah.


Watak Sampingan

1. Tuan Puteri Gondan Gandariah :

    Nakhoda lancang kuning yang dibedil.
    Menggunakan beberapa nama lain seperti Tuan Puteri Nakhoda Ragam.
    Berani kerana sanggup bertembak-tembakan dengan Raja Anggun Cik Tunggal dan hampir terkorban.
    Puteri kepada Raja Laksamana
    Baginda merupakan tunangan kepada Raja Anggun Cik Tunggal.
    Bijak menggunakan senjata walaupun seorang wanita, buktinya dia melepaskan tembakan yang hampir mengenai Raja Anggun Cik Tunggal.
    Seorang yang mudah jauh hati atau merajuk.
    Bersifat lembut hati dan mudah dipujuk walaupun telah melalui insiden yang berbahaya.


2. Raja Laksamana :

    Ayahanda kepada Tuan Puteri Gondan Gandariah.
    Pemerintah negeri Tiku Benua.


3. Si Kembang Cina :

    Orang suruhan dalam kapal Seludang Mayang milik Tuan Puteri Gondan Gandariah.
    Yakin, buktinya menjawab tujuan lancing kuning milik nakhodanya dengan berani kepada Bujang Selamat.


~ Gaya Bahasa :

    Bahasa istana      :    Patik, murka, peraduannya, beta
    Simile                   :    Bagai ikan di luar belat
    Peribahasa           :   Rendah diri
    Bahasa Arab        :   Allah, Insya-Allah
    Kata ganda         :   Panji-panji, berbalas-balas
    Inversi                  :  Gembiranya hati Tuan Puteri


~ Sudut Pandang :
Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga.

~ Amanat :
"Tuan Puteri Gondan Gandariah tetap tabah berhadapan dengan Raja Anggun Cik Tunggal walaupun nyaris terkorban..................."
Dari petikan diatas dapat kita ambil hikmah bahwa kita harus tabah dan bersabar dalam menghadapi cobaan.

No comments:

Post a Comment